Pages

Wednesday, 30 July 2014

Suplemen Zat Besi, Apakah Perlu?

Sebagaimana kita ketahui bahwa ASI memang hanya sedikit kandungan zat besinya (0,3 mg/L) sedangkan kebutuhannya dari lahir hingga 6 bulan sebesar 0,27mg/hari, dan konsumsi rata-rara ASI usia 1-6 bulan adalah 570-900  mL per hari. Jadi jelas kalau dari ASI saja memang tidak akan cukup.

Namun hebatnya, bayi tahu soal ini sehingga ketika lahir dia sudah sekalian bawa cadangan zat besi dari tubuh mamanya. Sudah pasti, untuk anak prematur memang perlu suplemen zat besi. Namun untuk anak lahir cukup bulan (>37 minggu) tidak selalu perlu. Untuk menilai risikonya, perlu dievaluasi apakah ada kemungkinan kekurangan zat besi, baru dipertimbangkan perlu tidaknya diberikan suplemen pada usia 4 bulan.


Is Iron-Supplementation Necessary?
http://www.kellymom.com/nutrition/vitamins/iron.html

Ada beberapa faktor resiko misalnya usia kehamilan, bobot lahir, pernah tidaknya mengalami pendarahan serius, mamanya diabetes nggak ketika masa hamil. Pada usia 6 bulan (saat MPASI) sebaiknya semua nutrisi (bukan zat besi saja) dipenuhi dari makanan (ASI dan makanan padat).  Kebutuhan zat besi pada usia 6-12 bulan sebesar 1 mg/hari, karena daya serap zat besinya sekitar 10%, maka direkomendasikan sebaiknya asupan zat besi yang tersedia di dalam makanan adalah 11 mg/hari. Ketika usia 1-3 tahun kebutuhan zat besi anak menjadi 7 mg/hari; 4-8 tahun meningkat lagi menjadi 10 mg/hari.

Iron and Iron Deficiency
http://www.cdc.gov/nutrition/everyone/basics/vitamins/iron.html

Mengingat porsi makan bayi yang sedikit, maka memang akan sulit terpenuhi, apalagi jika tidak diperhatikan asupan zat besinya, oleh karena itu anak usia ini memang mudah banget mengalami defisisensi zat besi. Seandainya daya serap zat besi bisa ditingkatkan menjadi 20%, maka jika terdapat 6 mg zat besi dalam makanan saja sudah cukup. Daya serap zat besi bisa dibantu dengan sumber zat besi dari hewani. Jika menggunakan sumber zat besi dari nabati, maka daya serapnya bisa ditingkatkan dengan cara memasak barengan dengan daging atau dibantu penyerapannya dengan minuman/air perasan seperti jeruk, tomat dll yang kaya vitamin C. Karena vitamin C tidak tahan akan suhu tinggi, maka harus hindari dari pemanasan langsung. Selain itu, bisa dipertimbangkan pemberian makanan yang diperkaya zat besi. Dari semua itu, perlu diingat bahwa kebutuhan anak bukan saja zat besi, melainkan gizi seimbang.


Kalau menurut rekomendasi AAP, lakukan skrining Hb saja ketika usia bayi 1 tahun, jika Hb<11 (murah dan tidak invasif), maka perlu dilanjutkan uji lanjutan (full tes yang sifatnya invasif dan relatif mahal) untuk mengetahui apakah memang defisiensi zat besi, bukan yang lain. Jika akhirnya terbukti memang anemia defisiensi zat besi (ADB) maka perlu diberikan suplemen zat besi.

Diagnosis and Prevention of Iron Deficiency and Iron-Deficiency Anemia in Infants and Young Children (0–3 Years of Age)
http://pediatrics.aappublications.org/content/126/5/1040.full

Hania Szajewska et. al. (2010) menyimpulkan bahwa pemberian suplemen zat besi  tidak mempengaruhi perkembangan tingkah laku, mental anak yang tidak anemia, tetapi bisa jadi akan mempengaruhi perkembangan psikomotoriknya.

Effects of iron supplementation in nonanemic pregnant women, infants, and young children on the mental performance and psychomotor development of children: a systematic review of randomized controlled trials
http://www.ajcn.org/content/91/6/1684.full
Limited available evidence suggests that iron supplementation in infants may positively influence children's psychomotor development, whereas it does not seem to alter their mental development or behavior.

Lebih lanjut, Sant-Rayn Pasricha et. al. (2013) dengan hasil meta analisisnya memperoleh hasil yang sama, yakni pemberian suplemen zat besi tidak terbukti bermanfaat untuk anak yang tidak anemia.

Effect of daily iron supplementation on health in children aged 4—23 months: a systematic review and meta-analysis of randomised controlled trials (2013)
http://www.thelancet.com/journals/langlo/article/PIIS2214-109X%2813%2970046-9/fulltext
In children aged 4—23 months, daily iron supplementation effectively reduces anaemia. However, the adverse effect profile of iron supplements and effects on development and growth are uncertain. Adequately powered trials are needed to establish the non-haematological benefits and risks from iron supplementation in this group.

Sebuah penelitian akhir-akhir ini di Tiongkok yang dilakukan oleh Suying Chang et. al. (2013), menunjukkan bahwa jika ADB dikoreksi sebelum 2 tathun, maka perkembangan sosial emosional anak tersebut sebanding dengan anak tidak ADB.

Iron-Deficiency Anemia in Infancy and Social Emotional Development in Preschool-Aged Chinese Children
http://pediatrics.aappublications.org/content/early/2011/03/14/peds.2010-1659.full.pdf

Memang jika mengetahui Hb saja, kita tidak bisa mengetahui status cadangan zat besi anak. Namun yang sudah pasti menghambat pertumbuhan anak adalah anemia defisiensi zat besi dan itupun jika berlangsung dalam jangka waktu yang relatif lama, sehingga harus dicegah sedini mungkin.

Secara pribadi saya berpendapat untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan dengan full test (invasif dan relatif mahal), bisa dilakukan tes Hb saja (finger prick test) pada usia 9 bulan dan dilanjutkan pada usia 1 tahun (alternatif lain, 1 tahun dan 1 tahun 3-4 bulan), jika keduanya normal, maka bisa dipastikan anak sudah mendapatkan asupan zat besi yang cukup dari makanan, soalnya kalau nggak cukup anak harusnya sudah ADB. Setelah itu tinggal dilanjuti aja pola makannya dan nggak perlu pusing lagi soal ADB.

Mengenai efek jangka panjang pemberian suplemen zat besi (rekomendasi IDAI) setahu saya belum ada penelitian khususnya pada anak usia di bawah 2 tahun. Selama ini asumsinya tidak masalah jika diberikan suplemen zat besi karena jika berlebih maka tidak akan diserap. Namun tentunya ini sekedar asumsi, perlu pembuktian. Lebih lanjut, artikel berikut ini bisa jadi memberikan gambaran, bisa saja asumsi tersebut salah.

Could too much iron be a bad thing for babies?
http://www.reuters.com/article/2011/11/12/us-iron-babies-idUSTRE7AB02820111112

Sebagai kesimpulan, saya berpendapat bahwa suplementasi zat besi juga harus diperlakukan seperti obat-obatan lain, sebaiknya diberikan bila memang benar diperlukan.

No comments:

Post a Comment